Photo Sekretariat PB HMI, Jl. Sultan Agung Jakarta Selatan
Faktualkini.com, Jakarta — Kritik keras datang dari tubuh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Akbar Hatapayo, salah satu aktivis muda HMI, menilai organisasi mahasiswa Islam yang kini dipimpin Bagas Kurniawan sedang kehilangan arah perjuangan. Situasi ini, menurutnya, terlihat kontras ketika rakyat Indonesia berhadapan dengan kebijakan pemerintah yang dinilai semakin menindas, sementara HMI justru terkesan bungkam.
Akbar menyebut, sikap diam HMI adalah bentuk kemunduran. “HMI seperti berjalan tanpa kompas. Padahal, rakyat kini menghadapi kekuasaan yang kerap bertindak zalim, dan mahasiswa seharusnya menjadi pelopor dalam menyuarakan penolakan,” ujarnya dalam keterangannya, Jumat, 29 Agustus 2025.
Menurut Akbar, kepemimpinan Bagas Kurniawan lebih banyak disibukkan dengan agenda internal ketimbang menggerakkan kader menghadapi persoalan bangsa. Padahal, sejak berdirinya pada 1947, HMI selalu tampil di garis depan dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. “Kini peran itu nyaris hilang. HMI seakan nyaman berada di lingkar kekuasaan,” tambahnya.
Kritik itu tidak datang tanpa alasan. Akbar menilai, ada jarak yang semakin melebar antara idealisme HMI dengan realitas sosial politik hari ini. Di tengah maraknya praktik oligarki, korupsi, dan kebijakan ekonomi yang membebani rakyat kecil, HMI seharusnya hadir sebagai kekuatan moral yang kritis. “Sejarah membuktikan, HMI berdiri tegak melawan ketidakadilan. Jika hari ini organisasi itu diam, maka khittah perjuangan sedang dikhianati,” katanya.
Akbar juga mengingatkan bahwa diamnya HMI di masa penuh krisis akan berdampak serius pada citra dan wibawa organisasi. Ia khawatir generasi muda kehilangan kepercayaan terhadap HMI sebagai laboratorium intelektual dan perlawanan moral. “Kader akan bertanya, untuk apa mereka berproses di HMI jika organisasinya tak lagi berpihak pada rakyat?” ucapnya.
Dalam pandangan Akbar, kritik ini bukan sekadar serangan personal terhadap Bagas Kurniawan, melainkan peringatan agar kepemimpinan HMI segera mengembalikan arah organisasi ke jalur yang benar. Ia berharap HMI kembali menjadi kekuatan independen, berdiri bersama rakyat, dan tidak tersandera kenyamanan politik. “HMI harus kembali pada spirit awal: organisasi perjuangan, bukan sekadar formalitas,” tegasnya.
Bagi Akbar, sejarah panjang HMI adalah warisan moral yang tak boleh disia-siakan. Dari era Orde Lama, Orde Baru, hingga reformasi, HMI selalu hadir sebagai penggerak perubahan. Kini, ketika rakyat kembali menghadapi represi kebijakan, keberanian HMI untuk bersuara justru diuji. “Sejarah akan mencatat, apakah HMI berdiri di sisi rakyat, atau memilih diam di bawah bayang-bayang kekuasaan,” pungkasnya.